Senin, 20 Februari 2012

tugas PAI

Aqidah

Akidah (Bahasa Arab: اَلْعَقِيْدَةُ; transliterasi: Aqidah) dalam istilah Islam yang berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah.

Etimologi

Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi): 'akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' Salaf as-Shalih.

Pembagian akidah tauhid

Walaupun masalah qadha' dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa menempuh jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha' dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk ke dalam salah satu di antara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:
  • Tauhid Al-Uluhiyyah, mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.
  • Tauhid Ar-Rububiyyah, mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.
  • Tauhid Al-Asma' was-Sifat, mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat.
Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu Imam Ahmad berkata: "Qadar adalah kekuasaan Allah". Karena, tak syak lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah rahasia Allah yang- tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar.
Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40.
                                                                     Sumber: http://id.wikipedia.org


Kedudukan dan Peran Aqidah dalam Islam

Aqidah merupakan misi pertama yang dibawa para rasul Allah.
Allah berfirman yang artinya: 
 “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An-Nahl: 36)

Manusia diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Allah.

Allah berfirman yang artinya:
”Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dan bahwasanya amal ibadah seseorang tidak diterima kecuali jika bersumber dari aqidah yang benar.

Allah berfirman yang artinya:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir lalu mengerjakan amal kebajikan maka bagi mereka pahala di sisi Tuhan mereka.” (QS. Al-Baqarah: 62)
”Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan (pada nabi) sebelum kamu jika kamu berbuat ke syirikan niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Az-Zumar: 65)

Dan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
”Barangsiapa mengada-ngada dalam urusan agama ini sesuatu yang baru yang bukan darinya maka hal itu tertolak.” (HR. Bukhari)

Aqidah yang benar dibebankan kepada setiap mukallaf.

Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya :
”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang sebenarnya selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah rasul utusan Allah.” (Muttafaq ‘alaih)

Berpengang kepada aqidah yang benar merupakan kewajiban manusia seumur hidup.

Allah berfirman yang artinya:
”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah kemudian merkea beristiqomah (teguh dalam pendirian mereka) maka para malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata) : “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan Allah kepadamu.”(QS. Fushilat: 30)

Dan Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
 ”Katakanlah: Aku beriman kepada Allah kemudian beristiqomah-lah (berlaku lurus-lah) kamu.” (HR. Muslim dan lainnya)
Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan dunia yang fana ini.

Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Barangsiapa yang akhir ucapannya “Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah niscaya dia akan masuk surga”. (HSR. Al-Hakim dan lainnya)
Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam sejarah umat manusia, yaitu generasi sahabat dan dua generasi sesusah mereka.

Allah berfirman yang artinya:
”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran: 110)

Dan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
”Sebaik-baiknya manusia adalah generasiku (yaitu para sahabat) kemudian yang berikutnya (yaitu generasi tabi’in) kemudian berikutnya (yaitu generasi tabi’ut-tabi’in).” (HR. Bukhari, Muslim dan lainnya).
Kebutuhan manusia akan aqidah yang benar melebihi segala kebutuhan lainnya karena ia merupakan sumber kehidupan, ketenangan dan kenikmatan hati seseorang. Dan semakin sempurna pengenalan serta pengetahuan seorang hamba terhadap Allah semakin sempurna pula dalam mengagungkan Allah dan mengikuti syari’at-Nya.

Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
”Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah dan paling mengetahui-Nya diantara kamu sekalian adalah aku.” (HR. Bukhari)

Sumber Aqidah Islam

Aqidah adalah sesuatu yang harus berdasarkan wahyu, oleh sebab itu sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an Al-karim dan sunnah Nabi saw yang shahih sesuai dengan apa yang difahami oleh para sahabat Nabi saw, karena mereka telah diridhai oleh Allah ta’ala.

Allah berfirman yang artinya:
“Adapun jika datang kepada kamu sekalian petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha: 132)

Dalam menafsirkan ayat tersebut diatas Abdullah bin Abbas ra berkata yang artinya:
”Allah menjamin siapa saja yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan kandungannya bahwa dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat kelak” (Dikeluarkan oleh ibnu Abi Syaihah, Al-Hakim dan dishahihkannya)

Allah berfirman tentang ucapan-ucapan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam yang artinya :
”Dan tidaklah dia (Muhammad) berkata menurut kemauan hawa nafsunya. Perkataannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. An-Najm: 3-4)

Allah berfirman yang artinya:
”Dialah yang mengutus kepada kaum yang ummi seorang rasul yang diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kita (Al-Qur’an) dan hikmah (As-Sunnah) dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2)

Adapun pengukuhan Allah akan kebenaran para sahabat nabi saw di dalam aqidah, ibadah dan akhlaq/muamalah mereka serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dalam banyak ayat-ayat Al-Qur’an, diantaranya artinya:
”Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereke kekal didalamnya selama-lamanya itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

Dan ketika Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam ditanya tentang kelompok yang selamat beliau menjawab:
”Mereka adalah orang-orang yang berada di atas sesuatu seperti yang aku dan para sahabatku berada di atasnya pada hari ini”. (HR. Ahmad)

                                                                                        Sumber: http://almalanji.wordpress.com
                                                                                                                                                                                           

Minggu, 18 Desember 2011

Contoh Resensi Yang Baik


KATA PENGANTAR

            Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas membuat resensi terhadap sebuah karangan yang diberikan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMAN 1 Mandirancan.
            Resensi ini berjudul “Tekad bukan Nekad” yang berisi tentang penilaian terhadap sebuah novel yang berjudul “9 Matahari”, yang menceritakan tentang tekad seorang gadis dalam mencapai cita-citanya.
Saya menyadari bahwa resensi ini belum tentu dianggap benar oleh semua pihak. Oleh karena itu, kritik dan saran oleh semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan Resensi ini.
Akhir kata, terlebih dahulu saya ucapkan terima kasih dan mohon maaf bila ada salah-salah kata. Semoga Resensi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Terima Kasih.

                                                                        Kuningan, 12 Desember 2011

                                                                                    Penyusun



                                                                                    Suhendra
           

DAFTAR ISI

1.      KATA PENGANTAR 1
2.      DAFTAR ISI 2
3.      PENDAHULUAN
3.1.   Isi Novel 3
3.2.   Tujuan Pengarang 3
3.3.   Tujuan Penyusunan Resensi 3
3.4.   Manfaat Novel 3
3.5.   Manfaat Resensi 3
3.6.   Sasaran 3
4.      PEMBAHASAN
4.1.   Sinopsis 4
4.2.   Identitas Buku 5
4.3.   Isi Resensi 5
5.      PENUTUP
5.1.   Kesimpulan 7
5.2.   Saran 7
5.3.   Daftar Pustaka 7

PENDAHULUAN

3.1. Isi Novel
            Novel ini berisikan tentang perjuangan seorang gadis dalam menggapai cita-citanya menjadi seorang sarjana, walaupun keluarganya tidak tergolong mampu atau dapat disebut pas-pasan. Diselingi dengan berbagai permasalahan, namun dengan tekad yang kuat, dengan cara berhutang kepada banyak orang, akhirnya dia dapat mencapai cita-citanya tersebut.
3.2. Tujuan Pengarang
  • Menuliskan imajinasi yang ada dipikiran pengarang dan mengembangkan cerita itu ke dalam sebuah paragraf (sebuah buku)
  • Memberikan efek emosional, membuat seseorang termotivasi bahkan terhibur
  • Khususnya untuk para siswa yang ingin melanjutkan ke Perguruan tinggi
3.3. Tujuan Penyusunan Resensi
  • Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
  • Untuk menambah wawasan dan mengasah kemampuan untuk membuat resensi
  • Untuk melatih diri dalam bekerja dan kami ingin memberitahukan kepada seluruh masyarakat tentang isi novel ini layak atau tidak untuk dibaca
3.4. Manfaat Novel
Novel ini bermanfaat bagi semua masyarakat khususnya orang-orang yang ingin berkuliah. Selain itu, untuk mengetahui cerita kehidupan para calon mahasiswa dalam mencapai cita-citanya menjadi sarjana.
3.5. Manfaat Resensi
            Resensi ini bermanfaat agar pembaca dapat mengetahui sebagaimana layaknya novel ini untuk dibaca. Dan juga, agar pembaca dapat menaruh minat untuk membaca novel tersebut.
3.6. Sasaran
            Ditujukan kepada semua masyarakat khususnya bagi yang ingin berkuliah.



PEMBAHASAN

4.1. Sinopsis
“Aku memang berhasil lulus kuliah. Bukan hanya membawa ilmu, tapi juga utang kuliah. Utang atas nama diriku, bukan orang tuaku. Utang atas nama semua ilmu yang kuserap dari bangku kuliah dan kepingan pengalamannya. Utang atas pembentukan karakter diri. Semua itu adalah tanggung jawab pribadi atas sebuah impian. Semua itu juga adalah harga yang harus aku tukar dengan sebuah pengalaman duduk di bangku kuliah dan sejuta pengalaman berharga lainnya. Aku tidak merasa jumlah dan kewajiban itu sebagai beban karena aku tahu harga itu memang pantas untuk aku jadikan ”investasi” hidupku.” 

Temui Matari Anas, mahasiswi yang terlalu tua dengan teman-teman seangkatannya, namun punya tekad menakjubkan menjadi sarjana dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan orang-orang sekitarnya. Meski keluarganya gagal membiayai kuliah karena terlalu miskin dan secara emosional sedang labil, dia berusaha mandiri, bertahan dengan energi positif yang luar biasa. Keadaan memaksa dia utang ke sana-kemari pada banyak orang, teman-teman, sampai ibu pemilik warung makan di dekat tempat kosnya. Dia belajar pada kehidupan, pada orang-orang yang bisa dijadikan teladan, pertemanan, kesetiaan, dan kasih sayang orang-orang yang mencintainya. Meski pada akhirnya kuliah hingga lulus itu penting, lebih penting lagi ialah integritas, yang ditempa oleh kehidupan dan kedewasaan dalam memandang masalah.

Novel ini pantas direkomendasikan pada semua mahasiswa baru, kalangan perguruan tinggi, dan orangtua dengan ekonomi kelas bawah yang punya anak kuliah. Kesulitan dan kepanikan yang dihadapi Matari begitu terasa, termasuk perasaannya menanggung utang dan rasa malu, ketar-ketir menghadapi ujian kuliah dan hidup. Mungkin bagi mahasiswa dan orangtua dari golongan ekonomi kelas mapan, kesulitan itu sulit dibayangkan dan terlalu melankolis; tapi keberanian Matari mengambil risiko dan berhati-hati atas pilihan dan mencoba bersikap, masih mampu membuat orang terkesan oleh karakternya. Bagian yang memperlihatkan kesukaran hidup, misalnya saat Tari kesulitan dapat uang untuk bayaran dan penghidupan, menurut saya mengharukan dan emosinya kena sekali.
4.2. Identitas Buku
  • Judul buku : 9 Matahari
  • Penulis : Yuli Anita
  • Penerbit : Grasindo
  • Cetakan : ke 3 (2009)
  • Tebal buku : 350 Halaman
4.3. Isi Resensi
Orang yang mengatakan bahwa pendidikan itu tidak ada hubungannya dengan kemajuan bangsa, pasti ttidak mengerti pendidikan. Pendidikan juga bukan milik orang kaya saja, jadi semua anak bangsa ikut memikul hal yang sama agar kita maju. Kita harus terus meningkatkan upaya untuk mengembangkan tanggung jawab sosial dan moral sehingga mencapai keindahan dan manisnya harapan. Terutama, mereka yang menderita karena berbagai ketidak adilan dan perampasan. Kita juga mencari cara mengekspresikan keprihatinan kita yang mendalam atas lingkungan dunia pendidikan bangsa ini. Mimpi adalah suatu yang gratis, bagilah mimpi, mipi kita dengan mereka yang karena takdirnya
tak pernah mengizinkan mengecap terlalu banyak madu.
Kita tentu pernah merasa sampai di titik terjatuh dalam hidup. Begitu banyak pertanyaan dan rasanya tidak sanggup berdiri. Tapi ternyata kalau kita sabar pada akhirnya ada saat kita tahu banyak hal menimpa kita. Ada saatnya kita mendengar jawaban Tuhan, saat matahari pada titik dimana baik secara langsung maupun tidak langsung merasakan jawaban-jawaban tuhan. Karena apapun yang terjadi dalam hidup kita termasuk kesulitan dan sebagainya. Sebenarnya bentuk kasih sayang tuhan kepada kita, dan kalau yakin kita pasti bisa melewatinya. Begitu banyak energi matahari untuk bertahan hidup tetap tersandar dan bersyukur, tak terhalang bermimpi berlari dan berlari lagi untuk menggapainya. Kisah perjuangan yang menyentuh dengan tokoh utama yang sangat gigih tulus dan sabar untuk meraih cita-citanya
.           Novel 9 matahari secara cerdas memberikan pencerahan bahwa siapa saja yang berkemauan keras ingin menimba ilmu, pasti Allah SWT akan membukakan jalan. Jalan itu tidak harus berwujud materi namun dapat berupa hal yang lebih berharga yaitu persaudaraa, makin terbukanya wawasan untuk memaknai hidup, serta kekuatan untuk mengubah tantangan menjadi peluang. Kesuksesan adalah sebuah pilihan, apakah kita akan sukses atau gagal, sepenuhnya berada ditangan kita sendiri. Tentu saja tidak boleh lupa untuk disertai doa. Namun yang paling penting untuk diingatkan adalah bahwa belajar dengan tiada henti, mempunyai perencanaan yang matang, dan meraih kerja sama yang kompak dengan semua pihak, salah satu kunci sukses meraih cita-cita gemilang dimasa depan.
            Novel ini memberikan penghargaan setinggi-tingginya bagi siapa saja yang berdarah-darah dalam menuntut ilmu dan bagi siapa yang sedang berjuang mencukupi kebutuhan si penuntu ilmu seperti sabda Nabi Muhammad SAW; …”tinta bagi seorang pelajar, lebih suci nilainya dari pada darah seorang martir”. Buku ini membuktikanmimpi, perjuangan keteguhan dan bagaimana mencapainya.
Novel yang cerdas dan membumi merupakan sebuah balada mahasiswi pendatang dikota kembang yang sarat perjuangan dalam menemukan jati diri di belantaran kehidupan yang penuh kepura-puraan, mengingat kita lagi tentang semangat dan impian. Kita adalah apa yang kita pikirkan. Dengan pikiran kita membuat dunia, sebuah keharusan bagi kaum muda untuk membacanya. Membaca novel ini seperti menemukan teman untuk meraih mimpi. Maka dari itu jika anda mencari jutaan energi positif untuk selalu menang melawan situasi terburuk sekalipun novel ini bisa menginspirasikanya.

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesuksesan adalah sebuah pilihan, apakah kita akan sukses atau gagal, sepenuhnya berada ditangan kita sendiri.
5.2. Saran
1. Pengarang
  • Pengarang seharusnya mencantumkan data diri lengkap agar pembaca mudah memahami latar belakang kehidupan pengarang
  • Pengarang seharusnya memperjelas akhir dari cerita novelnya supaya lebih dimengerti oleh pembaca
2. Pembaca
  • Pembaca supaya mau membaca dan memahami maksud dari isi cerita dari pengarang
·        Pembaca dituntu untuk mengambil segi positif yang ada di dalam novel
5.3. Daftar Pustaka
Anita, Yuli. 2009. 9 Matahari. Jakarta: Grasindo









Contoh Biografi Bahasa Sunda


LAKSAMANA  LAUT RD. EDDY MARTADINATA

Eddy Martadinata teh pituing urang Sunda. Lahirna di Bandung, tanggal 29 Maret 1921. Ramana Raden Ruhiyat Martadinata, ari Ibuna Nyi Raden Suhaemi. Duanana oge wedalan Tasik, ngan beda kecamatan, Pa Ruhiyat ti Cisayong, ari Ibu ti Indihiyang. Duanana mibanda kasang tukang anu sarua, nyaeta lingkungan menak anu taat kana agama Islam. Nu matak, Pa Eddy Martadinata mah, salian meunang atikan ti sakola, atikan agamana oge kuat deuih.
Cita-cita jadi palaut geus tumuwuh ti jaman sakolana keneh. Nu matak sarengsena ti AMS teh, nyaeta sakola satingkat SMA jaman Walanda, nya neruskeun ka Zeevaat Technische School alias Sakola Tehnik Pelayaran, hanjakal teu bias neruskeun, kusabab eta sakola kaburu katutup lantaran kapeugat perang. Bari ngadagoan sakolana dibuka deui, pa Eddy digawe di kantor Besar Kereta Api Bandung. Basa aya beja Jepang muka deui sakolana, pa Eddy daftar deui ka Sakola Pelayaran Tinggi (SPT) di Jakarta. Kamampuhna nyangkem basa Walanda, Inggris jeung Jepang, Pa Eddy jadi siswa nu pangnyongcolangna, ku matak eta satamat ti SPT pa Eddy jadi guru bakti di SPT, malah saterusna mah kapapancenan jadi nahkoda kapal latih Dai-28 Sokwa Maru.
Kurang leuwih sapuluh bulan Pa Eddy mancen tugas di kapal latih Dai-28, awal sasih Agustus 1945 pa Eddy babareungan jeung babaturanna milu bajuang nyiapkeun kamerdekaan RI. Sanggeus Indonesia Merdeka, pa eddy milu marajian lahirna BKR laut nu engkena jadi TNI-Angkatan laut.
Pa Eddy Martadinata anu munggaran nyangking pangkat Laksamana di TNI-Angkatan laut teh. Anjeunna oge salah saurang tina dua pahlawan Nasional nu asalna ti jajaran TNI-AL. sawarehna deui nyaeta anu gugur di laut Aru teh nyaeta taya lian Yos Sudarso.
Pa Eddy Martadinata wapat tanggal 6 Oktober 1966 lantaran kacilakaan helikopter di wewengkon ruing gunung puncak.
Sanggeus pa Eddy Martadinata wapat teh, unggal poe pustaka Mangsa Karita ngamuat pamanggih katut tanggapan masarakat kana pajoangannana, ti mimiti surat pembaca, artikel, malah teu saeutik anu winangun sajak, tandaning yen pa Martadinata dipika cinta ku rakyat.